Monday 25 February 2013

Kisah Hidup Imam Al-Tirmizi

Nama lengakapnya adalah Muhammad bin Isa bin Surah bin Musa Ibnu adh-Dhahhak as-Silmi at-Tirmidzi adh-Dharir. Salah seorang ahli kenamaan dan pengarang berbagai kitab yang masyur lahir pada 279H di kota Tirmidz.

Perkembangan dan perjalanan


Datuk Abu Isa Al-Tirmizi berkembangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmiz dan menetap di sana. Di kota inilah cucunya bernama Abu Isa dilahirkan. Semenjak kecil, Imam al-Tirmizi sudah gemar mempelajari ilmu dan mencari hadits.Untuk mencari ilmu ia mengembara ke pelbagai negeri seperti Hijaz, Irak, Khurasan dan lain-lain. Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi dan bertukar fikiran serta mengarang. ia pada akhir kehidupannya mendapat musibah cacat penglihatan (buta), dan beberapa tahun lamanya ia hidup sebagai tuna netra; dalam keadaan seperti inilah akhirnya al-Tirmizi meninggal dunia di Tirmiz pada malam Isnin 13 Rejab tahun 279H dalam usia 70 tahun.


Guru-gurunya


Ia  belajar dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Diantaranya adalah Imam Bukhari, kepadanya ia mempelajari hadits dan fiqh, ia juga belajar dengan Imam Muslim dan Abu Dawud, bahkan Imam al-Tirmizi belajar pula hadits dari sebahagian guru mereka. Guru lainnya ialah Qutaibah bin Saudi Arabia'id, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan, Said bin Abdul Rahman, Muhammad bin Basysyar, Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni, Muhammad bin Musanna dan lain-lain.


Kekuatan Hafalannya


Al-Tirmizi diakui oleh para ulama keahliannya dalam Hadits, kesalehan dan ketakwaannya. Ia terkenal pula sebagai seorang yang dapat dipercayai, amanah dan sangat teliti. Salah satu bukti kekuatan dan cepat hafalannay ialah kisah berikut yang dikemukakan oleh al-Hafiz Ibnu Hajar dalam Tahzib al-Tahzibnya dari Ahmad bin Abdullah bin Abu Dawud, yang berkata: Saya mendengar al-Tirmizi berkata: Pada suatu waktu dalam perjalanan menuju Mekah, dan ketika itu saya telah menulis dua jilid berisi hadits-hadits yang berasal dari seorang guru. Guru tersebut bersapaan dengan kami, lalu saya bertanya mengenai dia, mereka menjawab bahawa dialah orang yang kumaksudkan itu. Kemudian saya menemuinya, saya mengira bahwa "dua jilid kitab" itu ada padaku. Ternyata yang kubawa bukanlah dua jilid tersebut, melainkan dua jilid yang mirip dengannya. Ketika saya bertemu dengan dia, saya memohon kepadanya untuk mendengar hadits, dan ia mengabulkan permohonan itu, Kemudian ia membacakan hadits yang dihafalnya. Di sela-sela pembacaan itu ia mencuri pandang dan melihat bahawa kertas yang kupegang masih putih tanpa ada tulisan apa pun. Demi melihat kenyataan ini ia berkata " Tidakkah engkau malu kepadaku? " lalu aku bercerita dan menjelaskan kepadanya bahawa apa yang ia bacakan itu telah kuhafal semuanya. "cuba bacakan" suruhnya. Lalu aku pun membacakan seluruhnya secara beruntun. Ia bertanya lagi, " Apakah telah engkau hafalkan sebelum datang kepadaku? " tidak" jawabku. Kemudian saya meminta lagi agar dia meriwayatkan hadits yang lain. Ia pun kemudian membacakan empat puluh buah hadits yang tergolong hadits-hadits yang sulit dan garib, lalu berkata " cuba ulangi apa yang kubacakan tadi" lalu aku membacanya dari pertama sampai selesai, dan ia berkomentar, " Aku belum pernah melihat orang seperti engkau".


Karya-karyanya


Imam Tirmizi banyak menulis kitab-kitab. Diantaranya ialah:

1. Kitab Al-Jami' terkenal dengan sebutan Sunan al-Tirmidzi
2. Kitab Al-'Ilal
3. Kitab At-Tarikh
4. Kitab Asy-syamail an-Nabawiyah
5. Kitab Az-Zuhd
6. Kitab Al-Asma'wal-kuna
Diantara kitab-kitab tersebut yang paling besar dan terkenal serta beredar luas adalah Al-Jami'